ANALISIS
INVERTEBRATA DENGAN METODE PAN TRAP, GOPYOK, DAN VISUAL DI BEDENGAN
Kelompok
2.1 : Churi Wardah, Dewi Kartika S.
S
Jurusan
Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Brawijaya
1.PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Analisis diversitas invertebrata darat merupakan metode untuk pengamatan
terhadap keanekaragaman dan kelimpahan spesies invertebrata (Oliver &
Beatti. 1996) Terdapat beberapa metode yang digunakan
dalam analisis ini diantaranya adalah pan trap, aerial net, sweep net, metode
visual atau pengamatan langsung, metode gopyok atau Beating sheet, malaise trap, sticky trap serta Light trap (Roulston et
al. 2007) . Pentingnya
praktikum ini dilakukan adalah karena setiap serangga terutama serangga darat
memiliki ketertarikan terhadap warna tertentu, terdapat serangga yang dapat
terusik oleh kebisingan atau gangguan getaran. Oleh karena itu pada praktikum
ini dilakukan 3 uji analisis diversitas invertebrata darat diantaranya adalah
metode pan trap, metode visual serta metode gopyok
1.2
Tujuan
Tujuan praktikum ini
adalah untuk mengetahui
perbedaan kelimpahan, diversitas dan komposisi Arthropoda kanopi di dua habitat
yang berbeda. Mengetahui hubungan antara komposisi Arthropoda kanopi dengan faktor
lingkungan.
2.
METODOLOGI
2.1
Waktu dan Lokasi
Praktikum analisis invertebrata dengan metode pan trap, gopyok, dan visual di
bedengan dilaksanakan pada hari Senin 05 Maret 2012 pukul 07.30-15.00 WIB Praktikum ini dilaksanakan di
Bedengan kabupaten Malang
2.2
Cara Kerja
3.
Hasil dan Pembahasan
Analisis
invertebrata yang dilakukan di Bedengan dilakukan dengan tiga metode, yaitu
metode gopyok, blue & yellow pan
trap, dan visual. Taxa Richness terdapat 13 taxa pada metode
gopyok, 21 taxa pada metode visual, dan
6 taxa pada metode blue & yellow pan trap. KR tertinggi pada metode
gopyok adalah sebesar 48,08% yaitu taxa Homoptera, dan pada metode visual
sebesar 29,11% yaitu taxa Formicidae. Nilai FR tertinggi pada metode gopyok
sebesar 15% yaitu taxa Coleoptera dan Hemiptera, dan pada metode visual sebesar
11,49% yatitu taxa Formicidae 2 (semut hitam besar). Dari hasil perhitungan KR
dan FR, dapat diketahui INP (Indeks Nilai Penting) pada keduanya, yaitu terjadi
dominansi homoptera pada dengan metode gopyok dengan nilai INP sebesar 53,08%,
dan terjadi kodominansi oleh Formicidae 2 (semut hitam besar) dan Formicidae
dengan nilai INP sebesar 34,82% dan 31,58%. Nilai indeks Shannon-Wiener (Hi)
pada metode gopyok sebesar 2,67 dan 3,4 pada metode visual. Hasil Hi
menunjukkan pada metode gopyok Keanekaragaman sedang, penyebaran jumlah
individutiap spesies sedang dan kestabilan komunitas sedang, dan pada metode
visual Keanekaragaman tinggi, penyebaran jumlah individutiap spesies tinggi dan
kestabilan komunitas tinggi (Oliver & Beatti. 1996). Metode pan trap
menggunakan ember berwarna biru dan kuning. Pada ember berwarna biru hanya
mendapatkan satu taxa yaitu Formicidae, dan pada ember kuning mendapatkan 5 taxa yaitu dipteral (4
individu), Hymenoptera ergithidae (1 individu), Drosophilidae (3 individu),
Hymenoptera enehirtidae (1 indvidu), dan Culicidae (1 individu). Pengamatan
dengan metode gopyok juga mendapatkan nilai IBC, nilai IBC
ini mebandingkan keragaman yang ada di dua tempat yang berbeda. Nilai IBC yang
paling tinggi adalah antara lokasi 2 dan lokasi 6, yaitu sebesar 0,66. Hal ini
menunjukkan bahwa antara lokasi 2 dan lokasi 6 memiliki kesamaan cukup tinggi (Aguiar & Sharkov. 1997).
(a) (b)
(c)
Gambar
1: (a) INP dengan metode gopyok (b)perbandingan Hi pada metode visual dan
gopyok (c) INP dengan metode visual.
Metode pan
trap merupakan metode peranggap jebak serangga dengan menggunakan bejana yang
telah berisi air yang dicampur dengan detergen dan pengawet. Detergen digunakan
untuk mengurangi tegangan permukaan sehingga serangga yang masuk akan tenggelam
dan mati. Metode pan trap yang diterapkan pada praktikum ini menggunakan dua
bejana yang memiliki warna yang berbeda yaitu kuning dan biru. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui ketertarikan serangga terhadap warna yang berbeda
(Roulston, Stephen & Amanda. 2007). Metode yellow pan trap yang digunakan diperoleh
serangga yang lebih banyak dibandingkan dengan metode blue pan trap, hal ini
dikarenakan kebanyakan serangga menyukai warna-warna cerah dan mencolok salah
satunya adalah warna kuning. Sedangkan pada nampan biru hanya diperoleh
beberapa jenis invertebrata karena penelitian yang berlangsung dilakukan pada
pagi sampai siang hari sehingga kebanyakan invertebrata yang aktif adalah
invertebrata penghisap nektar bunga dan memiliki penglihatan yang kabur (Aguiar & Sharkov. 1997).
Metode visual
digunakan untuk mengetahui banyaknya invertebrata yang hinngap pada tumbuhan
tertentu. Hal tersebut dikarenakan setiap tumbuhan memiliki, bentuk, warna
serta aroma atau bahan kimia yang berbeda-beda sehingga serangga tertentu hanya
tertarik pada tumbuhan tertentu (Kahono & Noerdjito. 2002).
Metode gopyok
atau Beating sheet merupakan metode penangkapan
serangga dengan mengganggu serangga yang hinggap pada suatu tumbuhan dengan
cara memukul atau menggetarkan serangga tersebut dengan memukul batang pohon,
sehingga serangga yang menempel pada pohon tersebut jatuh di atas kain yang
merupakan wadah untuk serangga tersebut (Narjo, et al. 2002.).
4. Kesimpulan
Dari
analisis yang telah dilakukan kelimpahan taxa paling besar adalah dengan menggunakan
metode visual, diikuti dengan metode gopyok dan metode pan trap. Indeks
diversitas pada metode visual sebesar 3,4 dan 2,67 pada metode gopyok. Hal ini
menunjukkan diversitasnya lebih tinggi dengan metode visual. Nilai IBC
menunjukkan pada lokasi 2 dan lokasi 6 memiliki kemiripan yang paling tinggi
daripada lokasi yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Aguiar,
A. P & A. Sharkov. 1997. Blue Pan
Trap as a Potential Method for Collecting Stephanidae (Hymenoptera). Journal of
Hymenoptera Research 6:422-423.
Kahono, S. Noerdjito, W. A. 2002.
Fluctation of Rainfall and Insect Communityin Gunung Halimun National Park,
West Java. Research and Conservation of Biodiversity in Indonesia, Vol. IX,
157-169
Narjo, S. E. Ellsworth, P. C &
Chu, C. C. 2002. Conservation of Predatory Arthropods in Cotton: Role of Action
Thresholds for Bemisia tabaci
(Homoptera: Aleyrodidae). J. Econ. Entomol.
95(4):682-691.
Oliver, L & Beatti, A. J. 1996.
Invertebrate Morphospecies as Surrogates for Species: a Case of Study.
Conservation Biology 10 (1): 99-109.
Roulston, T. A., Stephen, A. S &
Amanda, L. B. 2007. A Comparison of Pan
Trap and Intensive Net Sampling Techniques for Documenting a Bee (Hymenoptera:
Apofirmes) Fauna. Journal of the Kansas Entomological 80(2), 2007, pp.
179-181.