Senin, 23 April 2012

Laporan Ekologi Invertebrata


ANALISIS INVERTEBRATA DENGAN METODE PAN TRAP, GOPYOK, DAN VISUAL DI BEDENGAN
Kelompok 2.1 : Churi Wardah, Dewi Kartika S. S
Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Brawijaya



1.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Analisis diversitas invertebrata darat merupakan metode untuk pengamatan terhadap keanekaragaman dan kelimpahan spesies invertebrata (Oliver & Beatti. 1996) Terdapat beberapa metode yang digunakan dalam analisis ini diantaranya adalah pan trap, aerial net, sweep net, metode visual atau pengamatan langsung, metode gopyok atau Beating sheet, malaise trap, sticky trap serta Light trap (Roulston et al. 2007) . Pentingnya praktikum ini dilakukan adalah karena setiap serangga terutama serangga darat memiliki ketertarikan terhadap warna tertentu, terdapat serangga yang dapat terusik oleh kebisingan atau gangguan getaran. Oleh karena itu pada praktikum ini dilakukan 3 uji analisis diversitas invertebrata darat diantaranya adalah metode pan trap, metode visual serta metode gopyok
1.2 Tujuan
        Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui perbedaan kelimpahan, diversitas dan komposisi Arthropoda kanopi di dua habitat yang berbeda. Mengetahui hubungan antara komposisi Arthropoda kanopi dengan faktor lingkungan.

2. METODOLOGI
2.1 Waktu dan Lokasi
Praktikum analisis invertebrata dengan metode pan trap, gopyok, dan visual di bedengan dilaksanakan pada hari Senin 05 Maret  2012 pukul 07.30-15.00 WIB Praktikum ini dilaksanakan di Bedengan kabupaten Malang
2.2 Cara Kerja
 

    



















3. Hasil dan Pembahasan
Analisis invertebrata yang dilakukan di Bedengan dilakukan dengan tiga metode, yaitu metode gopyok,  blue & yellow pan trap, dan visual. Taxa Richness terdapat 13 taxa pada metode gopyok,  21 taxa pada metode visual, dan 6 taxa pada metode blue & yellow pan trap. KR tertinggi pada metode gopyok adalah sebesar 48,08% yaitu taxa Homoptera, dan pada metode visual sebesar 29,11% yaitu taxa Formicidae. Nilai FR tertinggi pada metode gopyok sebesar 15% yaitu taxa Coleoptera dan Hemiptera, dan pada metode visual sebesar 11,49% yatitu taxa Formicidae 2 (semut hitam besar). Dari hasil perhitungan KR dan FR, dapat diketahui INP (Indeks Nilai Penting) pada keduanya, yaitu terjadi dominansi homoptera pada dengan metode gopyok dengan nilai INP sebesar 53,08%, dan terjadi kodominansi oleh Formicidae 2 (semut hitam besar) dan Formicidae dengan nilai INP sebesar 34,82% dan 31,58%. Nilai indeks Shannon-Wiener (Hi) pada metode gopyok sebesar 2,67 dan 3,4 pada metode visual. Hasil Hi menunjukkan pada metode gopyok Keanekaragaman sedang, penyebaran jumlah individutiap spesies sedang dan kestabilan komunitas sedang, dan pada metode visual Keanekaragaman tinggi, penyebaran jumlah individutiap spesies tinggi dan kestabilan komunitas tinggi (Oliver & Beatti. 1996). Metode pan trap menggunakan ember berwarna biru dan kuning. Pada ember berwarna biru hanya mendapatkan satu taxa yaitu Formicidae, dan pada ember kuning  mendapatkan 5 taxa yaitu dipteral (4 individu), Hymenoptera ergithidae (1 individu), Drosophilidae (3 individu), Hymenoptera enehirtidae (1 indvidu), dan Culicidae (1 individu). Pengamatan dengan metode gopyok juga mendapatkan nilai IBC, nilai IBC ini mebandingkan keragaman yang ada di dua tempat yang berbeda. Nilai IBC yang paling tinggi adalah antara lokasi 2 dan lokasi 6, yaitu sebesar 0,66. Hal ini menunjukkan bahwa antara lokasi 2 dan lokasi 6 memiliki kesamaan cukup tinggi (Aguiar & Sharkov. 1997).

 













(a)                                                       (b)
 










                                                 

  (c)

Gambar 1: (a) INP dengan metode gopyok (b)perbandingan Hi pada metode visual dan gopyok (c) INP dengan metode visual.

Metode pan trap merupakan metode peranggap jebak serangga dengan menggunakan bejana yang telah berisi air yang dicampur dengan detergen dan pengawet. Detergen digunakan untuk mengurangi tegangan permukaan sehingga serangga yang masuk akan tenggelam dan mati. Metode pan trap yang diterapkan pada praktikum ini menggunakan dua bejana yang memiliki warna yang berbeda yaitu kuning dan biru. Hal ini bertujuan untuk mengetahui ketertarikan serangga terhadap warna yang berbeda (Roulston, Stephen & Amanda. 2007). Metode yellow pan trap yang digunakan diperoleh serangga yang lebih banyak dibandingkan dengan metode blue pan trap, hal ini dikarenakan kebanyakan serangga menyukai warna-warna cerah dan mencolok salah satunya adalah warna kuning. Sedangkan pada nampan biru hanya diperoleh beberapa jenis invertebrata karena penelitian yang berlangsung dilakukan pada pagi sampai siang hari sehingga kebanyakan invertebrata yang aktif adalah invertebrata penghisap nektar bunga dan memiliki penglihatan yang kabur (Aguiar & Sharkov. 1997).
Metode visual digunakan untuk mengetahui banyaknya invertebrata yang hinngap pada tumbuhan tertentu. Hal tersebut dikarenakan setiap tumbuhan memiliki, bentuk, warna serta aroma atau bahan kimia yang berbeda-beda sehingga serangga tertentu hanya tertarik pada tumbuhan tertentu (Kahono & Noerdjito. 2002).
Metode gopyok atau Beating sheet merupakan metode penangkapan serangga dengan mengganggu serangga yang hinggap pada suatu tumbuhan dengan cara memukul atau menggetarkan serangga tersebut dengan memukul batang pohon, sehingga serangga yang menempel pada pohon tersebut jatuh di atas kain yang merupakan wadah untuk serangga tersebut (Narjo, et al. 2002.).

4. Kesimpulan
Dari analisis yang telah dilakukan kelimpahan taxa paling besar adalah dengan menggunakan metode visual, diikuti dengan metode gopyok dan metode pan trap. Indeks diversitas pada metode visual sebesar 3,4 dan 2,67 pada metode gopyok. Hal ini menunjukkan diversitasnya lebih tinggi dengan metode visual. Nilai IBC menunjukkan pada lokasi 2 dan lokasi 6 memiliki kemiripan yang paling tinggi daripada lokasi yang lain.


DAFTAR PUSTAKA

Aguiar, A. P & A. Sharkov. 1997. Blue Pan Trap as a Potential Method for Collecting Stephanidae (Hymenoptera). Journal of Hymenoptera Research 6:422-423.
Kahono, S. Noerdjito, W. A. 2002. Fluctation of Rainfall and Insect Communityin Gunung Halimun National Park, West Java. Research and Conservation of Biodiversity in Indonesia, Vol. IX, 157-169
Narjo, S. E. Ellsworth, P. C & Chu, C. C. 2002. Conservation of Predatory Arthropods in Cotton: Role of Action Thresholds for Bemisia tabaci (Homoptera: Aleyrodidae). J. Econ. Entomol. 95(4):682-691.
Oliver, L & Beatti, A. J. 1996. Invertebrate Morphospecies as Surrogates for Species: a Case of Study. Conservation Biology 10 (1): 99-109.
Roulston, T. A., Stephen, A. S & Amanda, L. B. 2007. A Comparison of Pan Trap and Intensive Net Sampling Techniques for Documenting a Bee (Hymenoptera: Apofirmes) Fauna. Journal of the Kansas Entomological 80(2), 2007, pp. 179-181.